Lihatlah Bagaimana Alam Telah Membentuk Manusia!


Pengenalan Topik



Keberadaan umat manusia tidak bisa terlepas dari keberadaan alam semesta itu sendiri, namun sejatinya alam bisa berdiri sendiri tanpa keberadaan manusia. 

Umat manusia adalah satu-satunya golongan makhluk yang mampu menaklukan kekuatan alam dan mengubahnya menjadi sesuatu yang diperuntukkan bagi kemakmuran umatnya.

BACA JUGA : Memahami Manusia

Sejatinya hal tersebut tidak langsung terjadi dalam waktu sekejap, diperlukan beratus ribu tahun lamanya bagi umat manusia agar bisa memahami dan memanfaatkan apa yang alam telah berikan kepadanya untuk terus hidup dan bertahan dari segala macam potensi kehancuran yang bisa membinasakan umatnya.

Perlahan tapi pasti, manusia membangun sedikit demi sedikit peradabannya yang hingga entah kapan akan berakhirnya. Setidaknya, apa yang sudah kita raih saat ini bahkan belum mencapai setengahnya, percayalah jika umat manusia bisa lebih dari apa yang selama ini kita bayangkan.

Akar Masalah


Namun, jika kita melihat ke belakang dari sejarah umat manusia. Telah terjadi yang namanya ketidakmerataan peradaban dan kualitas umat manusia. Artinya, akan ada selalu suatu bangsa yang lebih maju dan lebih unggul daripada bangsa yang lain. Dan sebaliknya juga, akan selalu ada bangsa yang terbelakang daripada bangsa yang lain. 

Apa sebenarnya yang melatarbelakangi ketidakmerataan tersebut? Semenjak dunia ini terbentuk, alam semesta ini diciptakan, segala hal sudah ditentukan olehnya sesuai takaran dan ketetapannya masing-masing, maka dari itu banyak orang-orang yang mengatakan dunia ini seimbang. 

Maksud dari seimbang ini seperti apa ya? Apakah sama rata sama rasa terhadap semua makhluk yang ada di bumi? Atau kah seimbang yang dimaksud adalah setiap orang menerima jumlah perlakuan yang sama dengan setiap makhluk yang ada di jagad raya?

Tidak, bukan seperti itu, seimbang yang dimaksud adalah sesuai takaran yang telah ditentukan oleh sang pencipta yang lebih tahu mengenai makhluk yang telah ia ciptakan.

 Maka dari itu konsep seimbang yang dimiliki tuhan akan berbeda dengan seimbang yang ada di perspektif manusia. 

Mungkin menurut manusia tidak adil jika seseorang memiliki kelebihan yang berat sebelah daripada orang tersebut yang serba kekurangan dan tidak punya kelebihan. 

Namun apa yang dianggap manusia tidak adil, belum tentu baginya seperti itu pula.

Sama halnya dengan bangsa-bangsa yang ada di muka bumi ini, setiap keturunan umat manusia telah memenuhi setiap pojok yang ada di bumi ini, yang mana alam tersebut memang sudah tidak merata dari sananya. 

Maka, yang namanya perbedaan jumlah sumber daya alam, perbedaan tingkat kepintaran, dan level peradaban akan saling berhubung dan berkaitan satu sama lain. 

Tidak merata disini bukan berarti tidak seimbang, sehingga kita tidak dapat menilai dan mengatakan dunia ini tidak adil hanya karena tidak sama rata. Alam saja sudah mengkondisikan setiap umat manusia mendapat perlakuan yang berbeda-beda.

Seperti yang kita ketahui jika belahan bumi bagian utara memiliki iklim kutub dan subtropics yang mana lingkungannya didominasi dengan salju di kutub dan empat macam pergantian musim. Dari sinilah alam telah membentuk bermacam-macam pola berpikir manusia. 

Jika anda hidup di wilayah yang suatu saat akan mengalami dingin dan bersalju yang terjadi secara berulang-ulang atau ada siklusnya, maka anda harus berpikir lebih maju kedepan bagaimana caranya mendapatkan makanan yang lebih banyak untuk persediaan musim dingin nanti. 

Karena jika musim dingin tiba, dan saju turun, air membeku, tanaman pada mati semua, anda tidak akan bisa mendapatkan makanan, tidak ada lagi waktu untuk bertani, sehingga manusia yang hidup di daerah empat musim/subtropis dipaksa otaknya untuk berpikir jangka panjang dan lebih maju, untuk mempersiapkan diri agar mereka tidak tersiksa dengan kelaparan.

Jauh berbeda dengan manusia yang ada dan hidup di daerah tropis yang subur, khatulistiwa atau selalu mendapatkan sinar matahari sepanjang tahunnya. 

Karena sumber daya alam dan ketersediaan pangan yang sudah tersedia secara alami di sekitarnya, manusia yang tinggal di tempat seperti memeliki kecendrungan lebih lambat dalam memajukan peradabannya dan kesannya lebih pasif dibandingkan manusia yang tinggal di tempat-tempat ekstrim yang terus memutar otaknya agar dapat terus bertahan hidup.

Bagaimana tidak? Di wilayah tropis anda tidak perlu ambil pusing memikirkan musim dingin  yang dinginnya menusuk tulang, anda tidak perlu capek-capek membuat pupuk untuk diberikan kepada tanaman anda supaya tumbuh subur, anda makan buah, bijinya dicampakkan ke tanah pun juga nanti tumbuh sendiri. 

Makan ubi singkong setelah itu batangnya ditancapkan ke tanah, langsung tumbuh. Sebab dari itulah, kemampuan berpikirnya tidak terlatih karena tidak ada peristiwa atau kejadian yang membuat mereka harus memikirkannya, tidak ada rangsangan dari alam yang membuat mereka berinovasi dan berkembang.

Malahan karena alam terlalu memanjakan manusia-manusia di khatulistiwa ini, mereka menjadi lebih terlambat dalam urusan memajukan peradaban dan dalam inovasi penemuan-penemuan baru, akhirnya mereka pun mendapatkan teknologi dan ilmu pengetahuan yang baru karena pengaruh interaksi dan hubungan mereka dengan bangsa di belahan bumi bagian utara. 

Jadi pada dasarnya alam secara tidak langsung telah memanipulasi bagaimana manusia berpikir dan membuatnya tidak merata dengan rekayasa dari alam itu sendiri.

Alam itu sendirilah yang bertanggung jawab dalam kesenjangan sosial pada umat manusia yang ada pada saat ini. Itulah mengapa manusia jika semakin banyak mendapat tekanan entah mengapa dia justru malah semakin menguat, bukannya malah semakin melemah. 

Bisa kita lihat sendiri contoh nyatanya di dunia ini, kebanyakan negara kaya dan maju peradabannya banyak berasal dari belahan bumi bagian utara, contohnya seperti Jepang, Amerika, Eropa. 

Dan bukan maksud men-stereotipe kan negara yang subur sebagai negara yang tertinggal, namun contoh nyatanya seperti di Afrika tengah, anda bisa melihat sendiri bukan? 

Jika disana itu sangatlah subur, hutan memenuhi penjuru wilayah tersebut, namun bisa dikatakan mereka terlambat dalam pengembangan teknologi, yang saya maksud mereka disini bukanlah saat masa modern ini, masa-masa millennium ini, bukan!

Melainkan abad pertengahan dan zaman batu-besi, mengapa mereka bisa kalah dengan bangsa yang tinggal di tempat ekstrim di utara afrika yang notabene hamparan gurun, dan tempat suburnya hanya berupa sungai Nil dan sungai Tigris-Eufrat seperti peradaban Sumeria dan Mesir, atau bangsa yang tinggal lebih ke utara seperti bangsa Norse yang lebih dikenal dengan julukan Viking, yang mana tanah mereka benar-benar tandus dan tidak bisa dipakai untuk bercocok tanam karena terlalu dingin. 

Ini semua karena manusia memiliki akal pikiran, hal tersebut merupakan pemberian terbesar, dan tersegala-galanya dari tuhan yang maha kuasa kepada makhluk bernama manusia.

 Tidak peduli sekaya apapun sumber daya alam kita, sesubur apapun tanah kita, jika kita tidak dapat mengembangkan akal pikiran kita dan menciptakan teknologi serta memajukan peradaban maka sama saja.

Di zaman yang modern ini, bukanlah sumber daya alam lagi yang menentukan suatu bangsa itu maju atau tertinggal, melainkan sumber daya manusianyalah yang menyumbang porsi lebih besar dalam kemajuan. 

Kita bisa melihat contoh nyatanya seperti Singapura dan Swiss, negara kecil dan miskin SDA, namun pendidikannya luar biasa, dan jangan ragukan lagi soal SDM-nya.

Kesimpulan


 Saya letih mendengar ocehan dan bualan semacam ‘ Indonesia ini negara yang subur dan kaya, namun kenapa rakyatnya melarat dalam kemiskinan’ itu semua adalah kata-kata yang keluar dari mulut orang-orang yang tidak memahami betapa pentingnya pendidikan dan ilmu pengetahuan yang mana akan meningkat kualitas sumber daya manusia. 

Saya tidak mengatakan jika SDA itu tidak penting, namun kita harus memahami fakta bahwa SDA berlimpah bukanlah satu-satunya syarat dan alasan suatu negara bisa makmur, ada faktor lain yang lebih mendukung yakni sumber daya manusianya! 

Itulah mengapa mindset Indonesia melarat karena SDA nya dikuasai asing harus diubah, diganti menjadi Rakyat Indonesia melarat karena sebab kebodohan.

Nafisathallah
Seseorang yang mengagumi ilmu pengetahuan.

Related Posts

Post a Comment

REKOMENDASI UNTUKMU