Pengenalan Topik
Keberadaan
umat manusia tidak bisa terlepas dari keberadaan alam semesta itu sendiri,
namun sejatinya alam bisa berdiri sendiri tanpa keberadaan manusia.
Umat
manusia adalah satu-satunya golongan makhluk yang mampu menaklukan kekuatan alam
dan mengubahnya menjadi sesuatu yang diperuntukkan bagi kemakmuran umatnya.
BACA JUGA : Memahami Manusia
BACA JUGA : Memahami Manusia
Sejatinya
hal tersebut tidak langsung terjadi dalam waktu sekejap, diperlukan beratus
ribu tahun lamanya bagi umat manusia agar bisa memahami dan memanfaatkan apa
yang alam telah berikan kepadanya untuk terus hidup dan bertahan dari segala
macam potensi kehancuran yang bisa membinasakan umatnya.
Perlahan
tapi pasti, manusia membangun sedikit demi sedikit peradabannya yang hingga
entah kapan akan berakhirnya. Setidaknya, apa yang sudah kita raih saat ini
bahkan belum mencapai setengahnya, percayalah jika umat manusia bisa lebih dari
apa yang selama ini kita bayangkan.
Akar Masalah
Namun, jika
kita melihat ke belakang dari sejarah umat manusia. Telah terjadi yang namanya
ketidakmerataan peradaban dan kualitas umat manusia. Artinya, akan ada selalu
suatu bangsa yang lebih maju dan lebih unggul daripada bangsa yang lain. Dan
sebaliknya juga, akan selalu ada bangsa yang terbelakang daripada bangsa yang
lain.
Apa sebenarnya yang melatarbelakangi ketidakmerataan tersebut? Semenjak
dunia ini terbentuk, alam semesta ini diciptakan, segala hal sudah ditentukan
olehnya sesuai takaran dan ketetapannya masing-masing, maka dari itu banyak
orang-orang yang mengatakan dunia ini seimbang.
Maksud dari seimbang ini
seperti apa ya? Apakah sama rata sama rasa terhadap semua makhluk yang ada di
bumi? Atau kah seimbang yang dimaksud adalah setiap orang menerima jumlah
perlakuan yang sama dengan setiap makhluk yang ada di jagad raya?
Tidak, bukan
seperti itu, seimbang yang dimaksud adalah sesuai takaran yang telah ditentukan
oleh sang pencipta yang lebih tahu mengenai makhluk yang telah ia ciptakan.
Maka dari itu konsep seimbang yang dimiliki tuhan akan berbeda dengan seimbang
yang ada di perspektif manusia.
Mungkin menurut manusia tidak adil jika
seseorang memiliki kelebihan yang berat sebelah daripada orang tersebut yang
serba kekurangan dan tidak punya kelebihan.
Namun apa yang dianggap manusia
tidak adil, belum tentu baginya seperti itu pula.
Sama halnya
dengan bangsa-bangsa yang ada di muka bumi ini, setiap keturunan umat manusia
telah memenuhi setiap pojok yang ada di bumi ini, yang mana alam tersebut
memang sudah tidak merata dari sananya.
Maka, yang namanya perbedaan jumlah
sumber daya alam, perbedaan tingkat kepintaran, dan level peradaban akan saling
berhubung dan berkaitan satu sama lain.
Tidak merata disini bukan berarti tidak
seimbang, sehingga kita tidak dapat menilai dan mengatakan dunia ini tidak adil
hanya karena tidak sama rata. Alam saja sudah mengkondisikan setiap umat
manusia mendapat perlakuan yang berbeda-beda.
Seperti yang
kita ketahui jika belahan bumi bagian utara memiliki iklim kutub dan subtropics
yang mana lingkungannya didominasi dengan salju di kutub dan empat macam
pergantian musim. Dari sinilah alam telah membentuk bermacam-macam pola
berpikir manusia.
Jika anda hidup di wilayah yang suatu saat akan mengalami
dingin dan bersalju yang terjadi secara berulang-ulang atau ada siklusnya, maka
anda harus berpikir lebih maju kedepan bagaimana caranya mendapatkan makanan
yang lebih banyak untuk persediaan musim dingin nanti.
Karena jika musim dingin
tiba, dan saju turun, air membeku, tanaman pada mati semua, anda tidak akan
bisa mendapatkan makanan, tidak ada lagi waktu untuk bertani, sehingga manusia
yang hidup di daerah empat musim/subtropis dipaksa otaknya untuk berpikir
jangka panjang dan lebih maju, untuk mempersiapkan diri agar mereka tidak
tersiksa dengan kelaparan.
Jauh berbeda
dengan manusia yang ada dan hidup di daerah tropis yang subur, khatulistiwa
atau selalu mendapatkan sinar matahari sepanjang tahunnya.
Karena sumber daya
alam dan ketersediaan pangan yang sudah tersedia secara alami di sekitarnya,
manusia yang tinggal di tempat seperti memeliki kecendrungan lebih lambat dalam
memajukan peradabannya dan kesannya lebih pasif dibandingkan manusia yang
tinggal di tempat-tempat ekstrim yang terus memutar otaknya agar dapat terus
bertahan hidup.
Bagaimana
tidak? Di wilayah tropis anda tidak perlu ambil pusing memikirkan musim
dingin yang dinginnya menusuk tulang,
anda tidak perlu capek-capek membuat pupuk untuk diberikan kepada tanaman anda
supaya tumbuh subur, anda makan buah, bijinya dicampakkan ke tanah pun juga
nanti tumbuh sendiri.
Makan ubi singkong setelah itu batangnya ditancapkan ke
tanah, langsung tumbuh. Sebab dari itulah, kemampuan berpikirnya tidak terlatih
karena tidak ada peristiwa atau kejadian yang membuat mereka harus
memikirkannya, tidak ada rangsangan dari alam yang membuat mereka berinovasi
dan berkembang.
Malahan
karena alam terlalu memanjakan manusia-manusia di khatulistiwa ini, mereka
menjadi lebih terlambat dalam urusan memajukan peradaban dan dalam inovasi
penemuan-penemuan baru, akhirnya mereka pun mendapatkan teknologi dan ilmu
pengetahuan yang baru karena pengaruh interaksi dan hubungan mereka dengan
bangsa di belahan bumi bagian utara.
Jadi pada dasarnya alam secara tidak
langsung telah memanipulasi bagaimana manusia berpikir dan membuatnya tidak
merata dengan rekayasa dari alam itu sendiri.
Alam itu
sendirilah yang bertanggung jawab dalam kesenjangan sosial pada umat manusia
yang ada pada saat ini. Itulah mengapa manusia jika semakin banyak mendapat
tekanan entah mengapa dia justru malah semakin menguat, bukannya malah semakin
melemah.
Bisa kita lihat sendiri contoh nyatanya di dunia ini, kebanyakan
negara kaya dan maju peradabannya banyak berasal dari belahan bumi bagian
utara, contohnya seperti Jepang, Amerika, Eropa.
Dan bukan maksud
men-stereotipe kan negara yang subur sebagai negara yang tertinggal, namun
contoh nyatanya seperti di Afrika tengah, anda bisa melihat sendiri bukan?
Jika
disana itu sangatlah subur, hutan memenuhi penjuru wilayah tersebut, namun bisa
dikatakan mereka terlambat dalam pengembangan teknologi, yang saya maksud
mereka disini bukanlah saat masa modern ini, masa-masa millennium ini, bukan!
Melainkan
abad pertengahan dan zaman batu-besi, mengapa mereka bisa kalah dengan bangsa
yang tinggal di tempat ekstrim di utara afrika yang notabene hamparan gurun,
dan tempat suburnya hanya berupa sungai Nil dan sungai Tigris-Eufrat seperti
peradaban Sumeria dan Mesir, atau bangsa yang tinggal lebih ke utara seperti
bangsa Norse yang lebih dikenal dengan julukan Viking, yang mana tanah mereka
benar-benar tandus dan tidak bisa dipakai untuk bercocok tanam karena terlalu
dingin.
Ini semua karena manusia memiliki akal pikiran, hal tersebut merupakan
pemberian terbesar, dan tersegala-galanya dari tuhan yang maha kuasa kepada makhluk
bernama manusia.
Tidak peduli sekaya apapun sumber daya alam kita, sesubur
apapun tanah kita, jika kita tidak dapat mengembangkan akal pikiran kita dan
menciptakan teknologi serta memajukan peradaban maka sama saja.
Di zaman
yang modern ini, bukanlah sumber daya alam lagi yang menentukan suatu bangsa
itu maju atau tertinggal, melainkan sumber daya manusianyalah yang menyumbang
porsi lebih besar dalam kemajuan.
Kita bisa melihat contoh nyatanya seperti
Singapura dan Swiss, negara kecil dan miskin SDA, namun pendidikannya luar
biasa, dan jangan ragukan lagi soal SDM-nya.
Kesimpulan
Saya letih mendengar ocehan dan
bualan semacam ‘ Indonesia ini negara yang subur dan kaya, namun kenapa
rakyatnya melarat dalam kemiskinan’ itu semua adalah kata-kata yang keluar dari
mulut orang-orang yang tidak memahami betapa pentingnya pendidikan dan ilmu
pengetahuan yang mana akan meningkat kualitas sumber daya manusia.
Saya tidak
mengatakan jika SDA itu tidak penting, namun kita harus memahami fakta bahwa
SDA berlimpah bukanlah satu-satunya syarat dan alasan suatu negara bisa makmur,
ada faktor lain yang lebih mendukung yakni sumber daya manusianya!
Itulah
mengapa mindset Indonesia melarat karena SDA nya dikuasai asing harus diubah,
diganti menjadi Rakyat Indonesia melarat karena sebab kebodohan.
Post a Comment
Post a Comment