Daerah Nagorno-Karabakh yang dari dulu selalu diperebutkan oleh negara Azerbaijan dan Armenia, kembali memanas. Setidaknya konflik terakhir antar militer kedua negara tersebut terjadi pada tanggal 12 Juli 2020, Minggu dini hari.
Korban jiwa dialami oleh kedua belah pihak, dengan Azerbaijan sebanyak 11 orang prajurit yang tewas dan Armenia dengan korban jiwa sebanyak 4 prajurit beserta 2 perwira yang tewas.
Salah satu jenderal Azerbaijan juga tewas dalam bentrok dengan Armenia, termasuk 5 orang perwira lainnya dari sebelas orang yang meninggal tersebut.
Mereka melakukan penyerangan dengan menembakkan artileri dan rudal ke masing-masing wilayah dengan menargetkan pemukiman warga sipil. Diketahui juga jika Drone tempur digunakan dalam bentrok perbatasan ini.
Sebenarnya apa yang terjadi antara kedua negara bekas pecahan Uni Soviet ini? Mengapa mereka tiba-tiba bertikai dan menimbulkan konflik yang sampai mengakibatkan korban jiwa. Mari kita simak pembahasannya!
Akar Masalah
Konflik antara Armenia dan Azerbaijan sebenarnya bukanlah sesuatu hal yang baru, perselisihan antar kedua negara ini sudah terjadi jauh-jauh hari sebelum millenium kedua (tahun 2000-an).
Layaknya musuh bebuyutan, pertikaian antara kedua negara tersebut abadi dan tak lekang oleh waktu, yang semua masalahnya berakar pada masalah etnis dan perebutan wilayah.
Sebelum berdirinya Azerbaijan dan Armenia sebagai suatu pemerintahan negara yang berdiri sendiri-sendiri, wilayah Kaukasus tersebut dikuasai oleh Kekaisaran Rusia.
Lalu, Kekaisaran Rusia tumbang akibat Revolusi yang terjadi di negaranya. Dan wilayah Kaukasus terlepas dari penjajah, sehingga dapat mendirikan negaranya masing-masing, antara lain seperti Armenia, Azerbaijan dan Georgia. Ohh ya, revolusi yang dimaksud yakni Revolusi Rusia, yang mana hal tersebut menjadi tonggak awal dari berdirinya Uni Soviet.
Pemerintahan Uni Soviet pun dapat kembali menganeksasi seluruh wilayah Kaukasus (Azerbaijan & Armenia) untuk bergabung kedalam bagiannya.
Serta mendirikan sebuah wilayah otonomi di wilayah yang disengketakan, dengan tujuan untuk meredam konflik antar kedua negara. Yang benar saja, dengan berdirinya otonomi daerah tersebut dapat menyurutkan pemberontakan yang dilakukan separatis Armenia
Nama daerah yang mendapat otonomi khusus tersebut dinamakan Nagorno-Karabakh Autonomous Oblast, yang mana mayoritas penduduknya didiami oleh orang-orang Armenia. Namun, tentunya provinsi tersebut masih dalam wilayah negara Azerbaijan.
Sehingga, warga Armenia yang tinggal di Nagorno-Karabakh dapat terus hidup sesuai kehendak mereka tanpa harus berpisah dari negara Azerbaijan.
Tibalah pada saat yang mengguncang stabilitas wilayah tersebut, Uni Soviet yang dilanda banyak masalah setelah ditinggal mati oleh pemimpinnya yang kharismatik yakni Joseph Stalin, membuat kekuasaan dan pengaruhnya di daerah-daerah terluar jadi melemah.
Hal ini menimbulkan semakin maraknya aksi unjuk rasa dan kerusuhan karena ketidakstabilan politik dan keamanan.
Sentimen mengenai ras dan etnis pun menyeruak kembali karena suku Armenia yang tinggal di wilayah Nagorno-Karabakh berada dalam kekuasaan pemerintahan yang mayoritas bersuku Azerbaijan.
Karena merasa terancam dan didiskriminasi, mereka melakukan pemberontakan dengan mengumumkan pemisahan mereka dari negara Azerbaijan dan memilih bergabung dengan Armenia.
Ini kalau bisa kita bayangkan, seperti provinsi otonomi NAD (Nanggroe Aceh Darussalam) ingin berpisah dari NKRI lalu bergabung kedalam Federasi Kerajaan Malaysia.
Ya, seperti itulah kekurangan dari suatu wilayah/provinsi yang diberikan otonomi dan kebebasan yang berlebih.
Jika mau ditelusuri lebih mendalam, kita bisa flashback kepada masa dimana wilayah Kaukasus selalu diperebutkan oleh bangsa-bangsa besar. Silih berganti kepemilikan, bangsa dari manapun menguasai lalu kembali dikalahkan oleh bangsa yang lain.
Mulai dari Mongol, Turki Utsmani, Persia, Kekaisaran Russia, hingga Uni Soviet pernah menguasai wlayah Kaukasus di dekat laut Kaspia.
Kesimpulan
Jadi intinya, dari sengketa wilayah yang berujung pada peperangan di Kaukasus. Semuanya bersumber pada permasalahan etnis dan suku, yang juga dipengaruhi oleh aspek sosial-ekonomi serta kesenjangan sosial.
Permasalahan identitas lahan yang tidak jelas pun turut memperkeruh keadaan, kedua belah pihak memiliki bukti yang kuat bahwa tanah tersebut adalah miliknya, dan membuat keadaan menjadi semakin abu-abu. Namun, untuk sementara ini Nagorno-Karabakh masih diakui sebagai bagian dari Azerbaijan oleh dunia Internasional.
Ngetest template bisa ngak pake emoticon 🤣😅
ReplyDelete