Mau bagaimanapun keadaannya, separah apapun kondisi yang terjadi, tetap kita tidak boleh kita merasa jika peringatan hari sumpah pemuda tahun ini kehilangan esensi dasarnya.
Esensi Dasar dari Sumpah Pemuda yang Saya Maksud
Mengapa saya mengangkat topik pembahasan ini sebagai judul dari artikel saya? Dan apa yang ingin saya coba sampaikan kepada khalayak ramai dengan membahas peristiwa peringatan sumpah pemuda tahun 2020 ini secara ontologis? Mari kita simak lebih lanjut.
Esensi dasar dari Sumpah Pemuda baik itu tahun 2018, 2019 maupun yang sekarang ini di 2020 tetaplah sama dan tidak boleh berubah sedikitpun, yakni tetaplah mengakui Indonesia sebagai tanah airnya, Indonesia sebagai bangsanya, dan bahasa persatuannya adalah bahasa Indonesia.
Namun cukupkah hanya sampai disitu? Cukupkah hanya dengan menjabarkan secara literal ketiga kalimat tersebut maka anda sudah dibilang dapat memahami dan mengerti esensi dasar dari sumpah pemuda tersebut?
Saya tidak berani menjamin jika orang-orang akan memahami baik betul isi kandungan dari 3 baris kalimat tersebut hanya dengan mengucapkan dan menuliskan story di WA, Facebook, Instagram dan di akun media sosial mereka lainnya setiap setahun sekali. Apalah artinya ucapan jika kata-kata hanya akan berakhir diujung lidah, dan perbuatan serta isi hati tidak akan sinkron dengan apa yang ia utarakan sebelumnya.
Ya entah memang karena cuman ingin ikut-ikutan dengan apa yang terjadi disekelilingnya, dan berusaha untuk up to date dengan cara mengikuti segala macam trend yang teman-temannya lakukan agar tidak dikatakan kudet (kurang update).
Terlepas dari segala macam hal-hal dan motivasi rendahan semacam itu, seseorang berkata dengan argumennya "Masih lebih bagus lagi dong orang yang memperingati dan berusaha mengingatnya walau cuman karena trend dan ikut-ikutan, daripada orang yang sama sekali tidak terpikir untuk memperingatinya, iya ngak?" begitulah kira-kira pembelaan yang dilakukan oleh seorang warganet.
Jika pemahaman dan pola berpikirmu hanya sebatas itu-itu saja, membanding-bandingkannya sehingga terlihat ada orang lain yang lebih buruk daripadamu, kapan kalian bisa berkembang dan berubah? Ya, lagipula ini masalah perspektif dan sudut pandang persepsi tiap pribadi orang sihh, itu hak dan pilihan kalian ingin tetap seperti itu atau ingin menuju perubahan, pilihan ada di tangan anda!
Penyimpangan Lainnya yang Tidak Boleh Kita Sepelakan
Dan diantara orang-orang yang serba kekurangan serta minus dalam meresapi arti dari sumpah pemuda seperti contohnya diatas, ada juga orang-orang yang tidak ada bedanya dan sama saja buruknya (bahkan mungkin lebih parah) dengan mereka, hanya saja mereka berada di sisi lain yang benar-benar berseberangan.
Yakni adalah orang-orang yang terlalu over/berlebihan dalam bertindak, dan meresapi makna dari sumpah pemuda dengan jalan yang salah. Orang-orang seperti ini sering kita jumpai dan bisa kita lihat di internet, tindakan mereka dapat disebut juga dengan istilah 'overproud' atau yang dalam bahasa Indonesianya adalah 'Kebanggaan yang berlebihan'.
Apa yang salah dengan bangga menjadi Indonesia? Jalan mana yang saya maksud dengan cara yang berlebihan dan salah dalam memaknai Sumpah Pemuda?
Oke baiklah, kita selama ini sudah sering diingatkan oleh orang-orang tua kita dulu jika segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik. Oke sampai disini pertanyaannya terjawab bukan, dengan jawaban klasik semacam ini? Namun saya belum puas hanya dengan jawaban umum seperti ini.
Kita buat sebuah kasus dimana ada seseorang yang mencoba untuk menerapkan kebiasaan berbahasa Inggris ataupun Jepang di kehidupan sehari-harinya dengan dalih agar ia bisa cepat lancar mempelajari bahasa asing tersebut, ya walaupun kadang-kadang perkataan asingnya sering bercampur-campur dengan bahasa Indonesianya dan tidak fasih, tidak jelas dia mau ngomong apa, karena kebiasaannya yang sering mencampuradukkan bahasanya, lalu kita marah dan koar-koar didepannya jika dia tidaklah nasionalis, antek-antek asing, tidak cinta budaya, tidak mencintai bahasa Indonesia, segala macamlah itu sudah masuk kedalam kategori Toxic dan kesalahan logika dalam memahami Sumpah Pemuda.
Mengakui bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan bukan berarti kita hanya boleh berkomunikasi dan berbahasa dengan menerapkan hanya satu bahasa, dan melarang semua warga negara untuk mempelajari bahasa asing.
Baca Juga : Memahami Manusia
Tidak, tidak seperti itu! Bahkan jika kau ingin mempelajari bahasa Ibrani-pun tidak ada masalah bagimu, namun yang perlu digarisbawahi adalah selama orang lain tidak dirugikan dan terganggu hak-haknya karena anda berbicara bahasa asing maka selama itu pula tindakan tersebut tidak dapat disalahkan dan tidak ada hubungannya dengan tidak mencintai bahasa Indonesia, camkan itu!
Dan kasus lain yang sering saya berhadapan langsung saat berselancar di dunia maya adalah nasionalisme/rasa cinta bangsa dan negaranya yang terlalu berlebihan, yang bahkan terkadang-kadang sampai kebablasan untuk menghina negara lain sambil memuji negaranya sendiri.
Komentar mereka berusaha untuk menampilkan citra bahwasanya negara Indonesia adalah sesuatu yang Superior dan jauh lebih unggul dibandingkan bangsa/negara manapun di dunia.
Yang pada dasarnya ini tidak lain dan tidak bukan adalah paham yang menjadi biang kerok dari Perang Dunia II yakni paham Chauvinisme! Yang dipakai oleh Fasis Nazi dan Fasis Italia dalam usaha untuk memajukan dan membawa negerinya kepada kejayaan dengan cara menindas bangsa lain yang mereka anggap lebih rendah derajatnya.
Sempat kepikiran saja kita bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa paling unggul diantara bangsa lainnya yang di dunia, berpikir bahwa sebuah anugerah kita dilahirkan di Indonesia dan kemalangan/kesialan bagi orang lain yang tidak dilahirkan di Indonesia, dan merasa bahwa Indonesia lebih superior bangs lain selain Indonesia adalah inferior, selamat tepuk tangan kepada anda karena anda tidak ada bedanya dengan Adolf Hitler!
Chauvinisme adalah sesuatu yang benar-benar harus diwaspadai oleh generasi-generasi muda negeri ini karena kita selalu terpapar oleh propaganda pemerintah dan gaungan-gaungan akan kejayaan negeri ini tanpa pernah kita ditampilkan keburukan dan fakta kelam dari terbentuknya bangsa ini.
Intinya, kita harus bisa lebih bijak dan piawai dalam menyikapi dan memahami arti dari isi teks sumpah pemuda tersebut , jangan kekurangan dan jangan juga berlebihan karena dua-duanya tidak ada yang baik.
Dan jika kitapun juga harus melihat realita yang ada semenjak alam semesta ini terbentuk. Jika segala sesuatu tidak ada yang sempurna dan benar-benar berjalan sesuai rencana kita sebagai makhluk yang memang sudah menjadi kodratnya untuk tidak sama dengan penciptanya yang maha sempurna.
Baca Juga : Lihatlah Bagaimana Alam Telah Membentuk Manusia
Akan ada saja dan akan selalu ditemui orang-orang yang menyimpang seperti yang kita bicarakan tadi diatas, tidak perduli sudah seberapa keras usaha kita dalam mendidik, meliterasi, dan mengedukasi masyarakat. Orang bodoh akan tetap selalu bermunculan, namun sudah menjadi kewajiban kita untuk selalu berusaha untuk mengurangi mereka dan meminimalisir dampak yang mereka akibatkan, karena itulah jalan yang kita tempuh sebagai manusia.
Post a Comment
Post a Comment